EVALUASI DAN
PENDEKATAN TES BAHASA
A.
PENDAHULUAN
Evaluasi merupakan bagian dari kegiatan kehidupan manusia sehari-hari.
Disadari atau tidak, orang sering melakukan evaluasi, baik terhadap dirinya
sendiri, orang lain maupun lingkungannya. Demikian pula halnya dalam dunia
pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan khususnya tujuan pembelajaran
tersebut maka perlu adanya evaluasi.[1]
Keberhasilan proses belajar mengajar di kelas dapat dilihat dari sejauh
mana penguasaan kompetensi yang telah dikuasai oleh seluruh siswa di kelas itu.
Pada dasarnya hasil belajar siswa dapat dinyatakan dalam tiga aspek, yang biasa
disebut dengan domain atau ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.[2]
Dalam proses pengajaran, tes merupakan alat yang
digunakan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya suatu standar kompetensi
yang telah dipelajari oleh siswa di setiap pembelajaran.
Hal tersebut senada dengan pendapat ahli yang mengatakan bahwa tes merupakan alat
atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana,
dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.
Tes bahasa dan pengajaran bahasa merupakan
dua kegiatan yang berhubungan secara erat. Yang pertama merupakan bagian dari
yang kedua. Tes bahasa dirancang dan dilaksanakan untuk memperoleh informasi
mengenai hal ihwal yang berkaitan dengan keefektifan pengajaran bahasa yang
dilakukan.
B.
PERMASALAHAN
Dari uraian di atas, pembahasan
makalah ini difokuskan pada :
1.
Apa pengertian dan tujuan evaluasi
?
2.
Apasajakah macam-macam pendekatan
tes bahasa ?
3.
Bagaimana sejarah perkembangan
pendekatan tes bahasa ?
C.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian dan Tujuan Evaluasi
Menurut Roestiyah N.K. dalam
bukunya Masalah-Masalah Ilmu Keguruan menyebutkan pengertian evaluasi
adalah sebagai berikut :
·
Evaluasi adalah proses
memahami atau memberi arti, mendapatkan dan mengkomunikasikan suatu informasi
bagi petunjuk pihak-pihak pengambil keputusan.
·
Evaluasi adalah kegiatan
mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya yang bersangkutan dengan
kapabilitas siswa, guna mengetahui sebab-akibat dan hasil belajar siswa yang
dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar.[3]
Tujuan Evaluasi yaitu
sebagai berikut :
a.
Untuk mengetahui apakah siswa
telah menguasai keterampilan atau pengetahuan dasar tertentu.
b.
Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan
dan kelemahan-kelemahan siswa dalam proses belajar.
c.
Untuk merangsang peserta didik
dalam menempuh proses pembelajaran.
d.
Untuk mengetahui tingkat
efektivitas dari metode-metode pengajaran yang telah dipergunakan dalam proses
pembelajaran.[4]
Melihat pengertian dan tujuan dari
diadakannya evaluasi yang telah dipaparkan di atas, maka evaluasi sudah tidak
dapat terelakkan lagi dari pendidikan secara umumnya dan proses pembelajaran
secara khususnya. Dengan adanya evaluasi proses pembelajaran akan berlangsung
dengan lebih baik dan tujuan yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran
tersebut lebih mudah untuk tercapai.
2. Macam-Macam Pendekatan Tes Bahasa
a) Pendekatan
Tradisional
Pendekatan tradisional adalah
istilah yang dipergunakan untuk mengacu pada penyelenggaraan (baca: perencanaan
dan pelaksanaan) tes bahasa yang cenderung mengadopsi prinsip bahwa tes
bahasa dititikberatkan pada tes tatabahasa dan terjemahan. Latar
belakangnya adalah adanya pengaruh mainstream pengajaran
bahasa yang dikenal dengan sebutan metode tatabahasa-terjemahan (grammar
translation method).
Metode ini, seperti yang
dikemukakan oleh Richards dan Rogers
(1988:3-4), memiliki prinsip-prinsip pengajaran antara lain: (a) mempelajari
bahasa asing adalah mempelajari bahasa dengan tujuan agar dapat
membaca kesusasteraannya; (b) membaca dan menulis adalah fokus utama
pengajaran, © ketepatan dalam penerjemahan sangat ditekankan, dan (d)
tatabahasa harus diajarkan secara deduktif, yakni beranjak dari kaidah-kaidah
lalu menuju pada contoh-contoh ilustrasinya.[5]
Berdasarkan prinsip-prinsip
tersebut, maka pendekatan tes bahasa yang berkembang pada saat itu
mengisyaratkan pemakaian karya sastra. Karya sastra dalam hal ini dianggap
merupakan pemakaian bahasa yang ideal dari penuturnya sehingga evaluasi
terhadap penguasaan bahasa seseorang dengan menggunakan tes bahasa dilakukan
dengan menggunakan teks karya sastra. Kemudian bentuk tes bahasa yang
dikembangkan adalah penerjemahan dan atau penulisan esai. Dalam
perkembangannya, tes bahasa dengan prinsip-prinsip, model, dan karakter seperti
ini disebut pendekatan esai dan terjemahan.
b) Pendekatan
Diskret
Dalam pendekatan ini,
istilah diskret oleh Savignon (1983) digunakan untuk
menggambarkan dua aspek yang berbeda dalam tes bahasa, yakni (1) isi atau
tugas, dan (2) model jawaban dan penyekoran jawaban.
Dari segi isi atau tugas,
tes dengan pendekatan ini menyangkut satu aspek kebahasaan saja pada satu
kesempatan pengetesan, misalnya aspek fonologi, morfologi, sintaksis, atau
kosa-kata saja. Tiap satu butir soal hanya dimaksudkan untuk mengukur satu
aspek kebahasaan saja. Dari segi model jawaban, tes dengan
pendekatan ini berupa penjodohan (matching), benar-salah (true-flase),
pilihan ganda (multiple choiche), atau mengisi kotak kosong yang
disediakan dengan jawaban yang sudah tersedia pada kolom lain. Dari segi
penyekoran jawaban, model jawaban yang seperti itu sangat memudahkan guru atau
korektor dalam memberikan penilaian. Penyekoran berdasarkan model jawaban
seperti itu memiliki reliabilitas yang sangat tinggi. Dengan bantuan komputer
misalnya, penyekoran jawaban hampir 100% tidak diragukan lagi keakuratannya.
Pendekatan diskret ini secara
jelas mengadopsi prinsip-prinsip umum dalam strukturalisme, behaviorisme,
dan audiolingualisme. Dari strukturalisme, prinsip yang diambil adalah
(1) bahasa itu tuturan lisan dan bukan tulisan, dan (2) bahasa itu
merupakan suatu sistem. Pertama, prinsip bahwa bahasa itu tuturan lisan telah
menyadarkan para ahli tes bahasa bahwa tuturan lisan adalah bahasa yang pertama
dan utama dari manusia. Karya sastra yang selama ini diagung-agungkan sebagai
satu-satunya sumber pengetesan bahasa akhirnya disadari hanyalah rekonstruksi
dari pemakaian bahasa yang sesungguhnya. Keyakinan baru akan prinsip ini
kemudian membongkar kebiasaan lama pengetesan bahasa yang melulu hanya
menggunakan karya sastra semata. Kedua, prinsip bahwa bahasa itu merupakan
sistem menunjukkan bahwa bahasa dipandang memiliki sub-sub unit
yang saling berhubungan membentuk suatu struktur, mulai dari tingkat bunyi,
kata, dan kalimat.
Bentuk tes diskret kebahasaan
yang dapat dikembangkan :
o Pertama
adalah tes bunyi bahasa. Tes bunyi bahasa dapat berupa: mengenal bunyi bahasa,
membedakan bunyi bahasa, melafalkan bunyi bahasa, melafalkan kata-kata,
melafalkan pasangan kata, melafalkan rangkaian kalimat, dan membaca teks.
o Kedua adalah
tes kosa kata. Tes ini bertujuan untuk mengungkapkan penguasaan kosa kata
testi, baik secara pasif reseptif maupun aktif produktif. Tes ini
meliputi: menunjukkan benda berdasarkan kata yang disebutkan, memperagakan
berdasarkan kata yang disebutkan, memberikan padanan kata, memberikan sinonim
kata, memberikan lawan kata, dan melengkapi kalimat.
o
Ketiga adalah tes tatabahasa. Tes ini meliputi
pembentukan kata, pembentukan frasa, dan pembentukan kalimat. Variasi bentuk
tes ini antara lain (a) pada pembentukan kata: menunjukkan asal kata, membentuk
kata turunan, menyesuaikan bentuk kata; (b) pada pembentukan frasa: menyusun
kata-kata, melengkapi kata menjadi frasa, membentuk frasa, menjelaskan makna
frasa; (c) pembentukan kalimat: mengenal kalimat, membentuk kalimat, menyusun
kalimat, dan mengubah kalimat.
c)Pendekatan
Integratif
Menurut Carroll (1961)
disebut pendekatan integratif. Jika dalam pendekatan diskret, aspek-aspek
kebahasaan dan kemampuan berbahasa itu diperlakukan secara terpisah, maka dalam
pendekatan integratif aspek-aspek bahasa dan kemampuan berbahasa itu dicakup
secara bersamaan.
Menurut Oller (1979) jika dalam
tes diskret hanya diujikan satu aspek kebahasaan saja pada satu waktu, maka
dalam tes integratif berusaha diukur beberapa aspek kebahasaan secara
bersamaan. Prinsip ini sesuai dengan pandangan psikologi Gestalt
yang intinya “bahwa tingkah laku itu dipelajari sebagai kesatuan yang tidak
terpisahkan atau “gestalts”[6]
Berdasarkan pandangan ini, maka
tes integratif tidak secara khusus mengeteskan salah satu aspek kebahasaan
seperti fonologi, morfologi, sintaksis, atau kosa kata, atau salah satu dari
kemampuan berbahasa seperti membaca, menulis, berbicara, atau menyimak,
melainkan sebuah tes dalam satu waktu meliputi beberapa aspek kebahasaan dan
kemampuan berbahasa sekaligus.
Mengubah bentuk suatu kalimat menjadi bentuk kalimat
yang lain, misalnya, tidak saja menuntut kemampuan testi tentang pengetahuan
struktur kalimat, melainkan juga memerlukan penguasaan perubahan bentuk kata,
dan bahkan makna kata yang merupakan bagian dari penguasaan kosa kata.
d) Pendekatan
Pragmatik
Pendekatan pragmatic pada awalnya
digunakan dalam kaitannya dengan teori tentang kemampuan memahami berdasarkan
kemampuan tata bahasa pragmatik (pragmatic expectancy grammar). Kemampuan itu merupakan kemampuan untuk
memahami teks atau wacana, tidak hanya dalam konteks linguistic melainkan juga
dengan memanfaatkan kemampuan pemahaman unsur-unsur ekstra linguistic (seluk
beluk bidang yang dibahas dalam teks bacaan.
e)Pendekatan
Komunikatif
Tes bahasa komunikatif adalah tes yang melibatkan konsep kompetensi
komunikatif. Kompetensi komunikatif adalah suatu kompetensi yang melihat
kemampuan pelajar tidak hanya kemampuan membentuk kalimat yang benar tetapi
juga menggunakannya secara tepat.[7]
Tes bahasa secara komunikatif
bertujuan untuk mengukur bagaimana orang yang diuji mampu menggunakan bahasa di
dalam situasi kehidupan nyata.
3. Sejarah Perkembangan Tes Bahasa
Sampai saat ini telah ada beberapa ahli tes bahasa
yang secara khusus membahas perkembangan pendekatan tes bahasa. Beberapa
ahli tes bahasa itu adalah Spolsky (1978;1981), Oller (1979), Hinofotis (1981),
Masden (1983), Weir (1990), dan Brown (1996). Mereka telah berupaya
menyajikan suatu sejarah perkembangan pendekatan tes bahasa mulai dari
masa pelahiran sampai dengan masa perkembangan mutakhirnya.[8]
Istilah periodisasi dihindari mengingat bahwa
pelahiran pendekatan dalam tes bahasa sering terjadi secara simultan, tidak
selalu kronologis, serta kecenderungan pemakaian satu pendekatan dengan
pendekatan yang lain kerap kali terjadi dalam kurun waktu bersamaan di beberapa
tempat yang berbeda di dunia ini.
Perkembangan pendekatan tes bahasa dimulai dengan pola
pikir pra-ilmiah. Tes bahasa dalam periode ini hanya mendasarkan diri
pada intuisi, kesan dan subjektivitas guru, dan tidak mendasarkan diri pada
bidang keilmuan lain seperti psikologi dan linguistik. Pada perkembangan
awal ini, tes bahasa yang dilakukan disebut dengan Pendekatan
Tradisional.
Pada perkembangan berikutnya, pendekatan tes bahasa
mulai mendasarkan diri pada bidang-bidang keilmuan terkait seperti
strukturalisme dalam linguistik, audiolingualisme dalam pengajaran
bahasa, behaviorisme atau kognitivisme, serta psikometrik,
dalam bidang psikologi. Perkembangan pemikiran dalam bidang linguistik dan
psikologi ini di satu pihak, dan perkembangan pemikiran dalam model pengajaran
bahasa di pihak lain, telah mendorong lahirnya Pendekatan Diskret
dan Pendekatan Integratif dalam tes bahasa. Guru-guru bahasa di kelas mulai
merancang tes, menyusun bentuk-bentuk tes, menyelenggarakan tes, dan mengukur
hasil tes dengan menggunakan prinsip-prinsip baru yang ditemukan dan
dikembangkan dalam linguistik, psikologi, dan pengajaran bahasa.
Yang terakhir, seiring dengan berkembangnya pemikiran
dalam bidang psikolinguistik dan sosiolinguistik, serta pendekatan komunikatif
dalam pengajaran bahasa. Tes bahasa yang berkembang adalah tes bahasa
dengan Pendekatan pragmatik dan Pendekatan komunikatif yang
merupakan pengembangan lebih lanjut dari pendekatan integratif. Dua pendekatan
ini, untuk saat ini, dianggap sebagai pendekatan mutakhir dalam penyelenggaraan
tes bahasa.
D.
SIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
sebagai berikut :
§
Evaluasi merupakan satu hal
yang penting untuk dilaksanakan dalam proses pembelajaran, agar tujuan yang
hendak dicapai dapat berjalan dengan baik.
§
Macam-macam pendekatan tes
bahasa
-Pendekatan Tradisional
-Pendekatan Diskret
-Pendekatan Integratif
-Pendekatan Pragmatik
-Pendekatan Komunikatif
§
Sejarah perkembangan tes
bahasa terjadi tidak secara kronologis maupun periodic, karena munculnya
pendekatan tes bahasa yang baru terkadang muncul secara bersamaan.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Acep Hermawan.
2011. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. PT. Remaja Rosdakarya : Bandung.
Ø Anas Sudijono.
1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta.
Ø Slameto. 2001. Evaluasi
Pendidikan. PT. Bumi Aksara : Jakarta.
Ø http://perseba.blogspot.com/2009/11/pendekatan-tes-bahasa.html
diambil pada tanggal 01 April 2012.
Ø http://sejarah_tesbahasa.com. diambil
pada tanggal 01 April 2012.
Ø http://www.acam-macam_pendekatan_bahasa.com.
diambil pada tanggal 01 April 2012.
[1] Slameto.
2001. Evaluasi Pendidikan. PT. Bumi Aksara : Jakarta.
hal.4.
[2]
Acep Hermawan. 2011. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. PT. Remaja
Rosdakarya : Bandung.
Hal.276.
[3] Op.cit.
Hal.6.
[4] Anas
Sudijono. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada
: Jakarta.
Hal.16.
[5] http://perseba.blogspot.com/2009/11/pendekatan-tes-bahasa.html
diambil pada tanggal 01 April 2012.
[6] http://www.acam-macam_pendekatan_bahasa.com.
diambil pada tanggal 01 April 2012.
[7] Acep
Hermawan. 2011. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. PT. Remaja
Rosdakarya : Bandung.
Hal.286..
[8] http://sejarah_tesbahasa.com. diambil
pada tanggal 01 April 2012.
1 komentar:
Play with the best real money merit casino 2021
Discover more at deccasino.com. Bonus, promotions หาเงินออนไลน์ and the best online casino for 인카지노 real money play. 메리트카지노 No deposit bonuses! Real Money Play
Posting Komentar